Rembang- Dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 Kemerdekaan
RI. Sebanyak 150 personil yang terdiri dari 25 prajurit TNI Kodim 0720/Rembang dan 125 siswa/Siswi
gabungan sma dan smk, melakukan latihan sosio drama di alun-alun Rembang,
Selasa(15/8).
Latihan yang sudah dilakukan hampir sepekan ini semakin
dimatangkan dalam gladi bersih. “Sebelumnya hampir sepekan ini latihan di Alun
Alun Kota Rembang .Nantinya sosio drama
ini akan dibawakan untuk menambah kemeriahan HUT Kemerdekaan. Kemudian akan
ditampilkan sebelum upacara dimulai,” papar Koordinator Sosio Drama Kapten Inf
Kun Muhandis Danramil 06/Lasem
Dimana nantinya mereka akan menampilkan sebuah drama kolosal
bertajuk sejarah perjuangan Perang Kuning, yang merupakan kisah perjuangan
rakyat Kabupaten Rembang khususnya
lasem untuk membebaskan diri dari
belenggu penjajahan Belanda.
Perang Kuning adalah serangkaian perlawanan rakyat Lasem-Rembang
dan sekitarnya terhadap kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di
Semarang (1741-1742) dan Lasem (1750). Konflik muncul sebagai dampak terjadinya
peristiwa Geger Pacinan di Batavia pada tahun 1740 yang diikuti migrasi
besar-besaran penduduk Tionghoa dari Batavia ke Semarang dan Lasem. Peristiwa
tersebut menimbulkan terjadinya pemberontakan yang dikenal sebagai Perang Jawa
di Jawa Tengah dan Jawa Timur (1741-1743), sementara Perang Kuning merupakan
perang yang dikobarkan oleh masyarakat Lasem secara khusus.[1][2][3] Peperangan
pada akhirnya dimenangkan oleh Belanda setelah jatuhnya banyak korban jiwa pada
kedua belah pihak serta menyebabkan wilayah Lasem dipisahkan dari Rembang
secara de facto.[4] Akhir peperangan ini juga menandakan berakhirnya seluruh
perlawanan rakyat Lasem terhadap kekuasaan Kompeniserta kekuasaan keluarga
Tejakusuman di Lasem.
Setelah terjadi peristiwa Geger Pacinan di Batavia pada tahun
1740, banyak imigran Tionghoa yang datang ke Lasem untuk mengungsi. Kedatangan
mereka disambut oleh Adipati Lasem Tumenggung Widyaningrat (Oei Ing Kiat) yang
mengizinkan mereka untuk membuka beberapa perkampungan baru. Bersamaan dengan
berkobarnya pemberontakan melawan Kompenioleh gabungan pasukan Jawa-Tionghoa,
warga Lasem mengangkat tiga pemimpin pemberontak bernama Panji Margono, Oei Ing
Kiat, dan Tan Kee Wie. Pasukan pemberontak dari Lasem (juga dikenal dengan nama
"Laskar Dampo Awang Lasem") pada mulanya berhasil menguasai Rembang,
tetapi menderita kekalahan saat menyerang Jepara, disertai gugurnya salah satu
pemimpin pemberontak Tan Kee Wie pada tahun 1742. Peperangan berhenti selama
bertahun-tahun hingga akhirnya pemberontakan kembali dikobarkan oleh Kyai Ali
Badawi. Pada perang pada tahun 1950 tersebut, Raden Panji Margono, diikuti oleh
Oei Ing Kiat, mengalami kekalahan dan gugur. Meskipun perlawanan rakyat Lasem
berakhir dengan kekalahan tersebut, nama Perang Kuning selanjutnya digunakan
untuk merujuk peperangan yang dilanjutkan oleh Kwee An Say dan Tan Wan Sui.
“Kisah ini juga menceritakan peperangan pasukan Belanda yang di
peragakan anggota Kodim 0720/rembang. Melawan pasukan VOC yang diperagakan para
pelajar tersebut,” bocornya.
Selain memupuk kembali jiwa nasionalisme, juga membangkitkan
semangat bagaimana para pahlawan pendahulu yang dengan gigih dan ksatria tanpa
pamrih apapun melawan para penjajah untuk mencapai Kemerdekaan Negara Republik
Indonesia.
“Selain itu tujuannya terpenting untuk menanamkan jiwa perjuangan
Dalam Perjuangan Perang kuning agar tertanam dalam jiwa generasi muda khususnya
para pelajar,” tandasnya.
Pihaknya berharap para personil dapat berlatih dengan
sungguh-sungguh dengan penuh rasa tanggungjawab. Sehingga saat pelaksanaan
dapat sesuai rencana. Sebab sosio drama nantinya akan menjadi salah satu pusat
pehatian saat pelangsungan upacara Kemerdekaan RI.
Semoga hasilnya tidak mengecewakan dan dapat menghibur peserta
upacara,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar