Rembang – Dandim Rembang Letkol Arh Andi Budi bersama dengan pihak
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Rembang, Suratmin, menyatakan,
wilayahnya surplus beras pada 2017. Panen pun dilakukan pada Desember ini,
meski curah hujan cukup rendah.
Dandim menyebutkan "Kita produksi mencapai 220 ribu ton gabah
kering giling. Kalau konversi beras, kalau 60 persen, 130 ribu ton. Cukup dan
melebihi kebutuhan kita 80 ribu ton," ujarnya disela-sela panen di Desa Sale,
Kecamatan Sale, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (28/12/2017).
Sementara itu Kadinpertan menyebutkan dari Data Kabupaten Rembang,
total luas lahan panen di Rembang selama Desember hingga hari ini mencapai 268
hektare. Sedangkan luas tambah tanam (LTT) mencapai 21 ribu hektare.
Tingginya angka produksi tak membuat harga di hilir jatuh. Petani
menerima Rp5.400 gabah kering panen perkilogram untuk jenis Mapan dan Ciherang
Rp5.200 per kilogram. Mapan merupakan varietas hibrida dan provitasnya 9,9 ton
gabah kering panen per hektare.
Kendati curah hujan rendah, menurut Suratmin, petani tetap
bersemangat mengejar indeks pertanaman tiga kali dalam setahun (IP-3).
Karenanya, diharapkan hujan segera turun dan merata di Rembang. "Nanti
bisa kita tanam," inginnya.
Suratmin menambahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang bakal
melakukan berbagai upaya untuk menjaga LTT. Misalnya, mengupayakan pompanisasi
dan pembuatan sumur.
"Tiap tahun seenggaknya ada 10 embung kecil. Pemkab juga
terus berupaya membuat embung skala menengah untuk air bersih dan
irigasi," sambung dia.
Sementara, Penanggung Jawab Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai
(Upsus Pajale) Jateng, Spudnik Sujono, mendorong kelompok tani (poktan)
mengajukan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) ke Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL). Lalu, disampaikan ke dinas terkait.
"Tentu harus ada usulan, tidak boleh saya langsung (kasih).
Nanti diperiksa polisi. Bahasanya, bottom up, dari bawah. Dasar itu saya untuk
realisasikan. Minta saja pompa, traktor. Tapi, yang jelas kelompok
taninya," jelasnya.
baca selanjutnya